Alkil halida adalah turunan
hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya diganti dengan halogen.
Tiap-tiap hidrogen dalam hidrokarbon potensil digantikan dengan halogen, bahkan
ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya dapat diganti. Perlu pula
dicatat bahwa halogen adalah lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga
ikatan C-X bersifat polar di mana karbon mengemban muatan posisif partial (δ+)
dan halogen muatan negatif partial (δ-). Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil
halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang mengikat halogen (X),
menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut gugus pergi.
Nukleofil harus mengandung pasangan elektron bebas yang digunakan untuk
membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan gugus pergi terlepas
dengan membawa pasangan elektron yang tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua
persamaan umum yang dapat dituliskan:
Alkil halida
bereaksi dengan nukleofil dan basa
Alkil
halida terpolariasi pada ikatan karbon – halida menjadikan karbon elektrofilik
Nukleofil
akan menggantikan posisi halida pada ikatan C-X dari berbagai alkil halida (reaksi sebagai basa Lewis)
Nukleofil
yang basa Brønsted menghasilkan eliminasi
Tahun 1896,
Walden melihat bahwa asam (-)-malat dapat dirubah menjadi asam (+)-malat
melalui tahapan reaksi kimia dengan pereaksi a-kiral. Penemuan ini yang
mengaitkan hubungan langsung putaran optik dengan kekiralan dan perubahannya
melalui alterasi kimia. Reaksi asam (-)-malat dengan PCl5 menghasilkan asam
(+)-klorosuksinat. Reaksi lebih lanjut dengan perak oksida dalam air
menghasilkan asam (+)-malat. Tahapan reaksi diawali dengan asam (+) malat
menghasilkan asam (-)-malat.
Reaksi inversi
Walden
Signifikansi
inversi Walden
Reaksi
alterasi terjadi pada pusat kiral
Reaksi
melibatkan substitusi pada pusat kiral
Jadi, substitusi nukleofilik dapat
menginversi konfigurasi pada pusat kiral
Adanya
gugus karboksil pada asam malat menimbulkan perdebatan mengenai sifat reaksi
siklus Walden
Mekanisme
Substitusi Nukleofilik
Pada dasarnya terdapat dua
mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan SN2 adan
SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi nukleofilik.
Mekanisme
SN2
adalah proses satu tahap. Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada
keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana
substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan
elektron, nukleofil memberika pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan
elektron dengan karbon. Notasi 2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler,
yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi
dalam mekanisme reaksi. Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
1.
Karena
nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi,
maka
kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
2.
Reaksi
terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita
mereaksikan
(R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-
2-butanol.
Pengaruh reaktan
dan tingkat energi keadaan transisi terhadap kecepatan reaksi
Makin tinggi tingkat energi
reaktan (kurva merah) = reaksi makin cepat (ΔG lebih kecil). Makin tinggi
tingkat energi keadaan transisi (kurva merah) = reaksi makin lambat (ΔG‡ lebih
besar)
Orde Reaksi pada
SN2
Semakin banyak gugus alkil yang
terikat pada karbon pusat reaksi, reaksi lebih lambat
Mekanisme SN1
Mekanisme SN1 dalah proses dua
tahap. Pada tahap pertama, ikatan antara karbon dengan gugus pergi putus.
Gugus pergi terlepas dengan
membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua
(tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk produk. Pada mekanisme
SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab pada tahap
lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. Tahap ini
sama sekali tidak melibatkan nukleofil.
Berikut ini adalah ciri-ciri
suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:
1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung
pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan reaksi adalah tahap pertama
di mana nukleofil tidak terlibat.
2. Jika karbon pembawa gugus pergi
adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan hilangnya aktivitas optik karena
terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya adatiga gugus yang terikat pada
karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan
berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari
depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-masing mempunyai peluang 50
%. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi (S)-3-bromo-3-metilheksana
dengan air menghasilkan alkohol rasemik.
Terimakasih atas postingan ini sangat bermanfaat tapi di sini saya mau bertanya mengapa halogen lebih bersifat elektronegatif dari pada karbon?
BalasHapusterima kasih lusi, saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda mengenai keelektronegatifan halogen yg lebih besar dari atom karbon. Seperti yang anda ketahui mengenai unsur fluor (F) dan klorin (Cl), Anda akan melihat bahwa mereka memiliki tujuh elektron di kulit luar mereka atau memiliki 7 elektron valensi dengan harga keelektronegatifan dan afinitas elektron besar. Oleh karena itu, atom unsur halogen sangat mudah menerima elektron dan membentuk ion negatif. Karena kemudahannya membentuk ion negatif, halogen digolongkan ke dalam pengoksidasi kuat. Dari atas ke bawah, keelektronegatifan afinitas elektron, dan sifat pengoksidasi golongan halogen semakin menurun.
HapusAssalamualaikum dwi,terima kasih atas artikel yang anda buat di atas sangat bermanfaat sekali. Pada artikel diatas diberikan suatu contoh reaksi walden, yang ingin saya tanyakan, apakah alkil halida pada reaksi substitusi diatas harus berada pada atom kiral atau bisa saja pada atom-atom yang lain, tolong jelaskan sedikit ?
BalasHapusterimakasih :)
Terima kasih kembali laili. saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda yaitu memang benar alkil halida harus berikatan dengan atom C kiral. menurut reaksi diatas, alkil halida menggantikan atom OH pada senyawa pertama. Padahal gugus OH bersifat basa kuat dibandingkan alkil halida. hal ini sesuai dengan tingkatan kebasaan suatu senyawa. namun ternyata jika dilihat baik2 dalam reaksi tersebut terdapat pelarut nonpolar yang sifatnya sama dengan alkil halida dan kereaktifannya jg semakin besar. Oleh karena itu, gugus OH pada atom C kiral digantikan oleh alkil halida yaitu Cl.
HapusYang disebut sebagai atom C kiral adalah atom yang mengikat 4 gugus yang berbeda, salah satunya adalah OH.
Terimakasih atas postingan nya
BalasHapusTerima Kasih kembali Ema, sering-sering berkunjung ke blog saya ya. semoga bermanfaat. :)
Hapusterimakasih atas postingan yang sangat bermanfaat ini dwi.. namun saya ingin bertanya tentang pernyataan yang terdapat d blog anda yg mrngatakan alkil halida merupakan senyawa turunan hidrokarbon dimana satu atau lebih hidrogennya diganti dengan halogen. bagaimana reaksi substitusi dari alkil halida yang memiliki lebih dari satu ikatan halida?
BalasHapusterimakasih dwi postinganya, ada yang mau saya tanya di sini dwi Reaksi alterasi itu maksutnya gimana dwi.. saya kurang paham?
BalasHapusterimakasih atas postingannya dwi sangat membantu sekali
BalasHapus